Rabu, 25 Januari 2017

Pendidikan Masa Kini

Pendidikan Masa Kini

Pendahuluan
Pengertian Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.
Pendidikan masa kini identik dengan teknologi dan inovasi yang beragam, mulai dari penggunaan buku hingga penggunaan notebook sebagai media tulis untuk pembelajaran, inovasi juga digunakan untuk mengefisiensi waktu dan juga agar seorang pelajar dapat menyerap ilmu yang di ajarkan oleh tenaga pengajar. Pembelajaran masa kini juga berbeda jauh dengan pembelajaran pada zaman dahulu, pembelajaran masa lalu identik dengan ketegasan karna mereka berpikir bahwa jika mengajar dengan tegas maka para siswa akan menerima pelajaran dengan sempurna, sedangkan pada masa masa kini pendidikan di lakukan dengan cara yang lebih santai karna pada masa kini orang-orang berpikir bahwa jika dengan cara yang santai atau dengan cara keakraban maka para siswa akan menerima pelajaran dengan baik.
Pendidikan di Indonesia dipandang masih rendah jika di bandingkan dengan pendidikan negara-negara lain, hal tersebut di buktikan dengan kesadaran para penduduk Indonesia yang lebih mementingkan untuk bekerja secara dini dibandingkan dengan menuntut ilmu untuk masa yang mendatang. Mereka berpikir jika belajar hanya membuang-buang waktu saja, lebih baik bekerja dan mendapatkan uang dari pada belajar membuang-buang waktu dan menghabiskan biaya. Disamping dengan cara berpikir mereka yang seperti itu, kemiskinan juga menjadi faktor dimana seseorang lebih mementingkan untuk mencari uang agar mereka dapat menyambung hidup dibandingkan belajar yang mereka pikir hanya membuang-buang waktu saja. 
Pendidikan masa kini juga berbeda dengan pendidikan masa lalu, pendidikan masa lalu hanya didapat untuk para keluarga bangsawan saja sedangkan pendidikan masa kini bisa di dapat untuk semua keluarga mulai dari menengah hingga bawah. Ketika pendidikan masa kini bebas didapatkan oleh setiap masyarakat malah di wajibkan oleh pemerintah Indonesia, malah masyarakat menengah ke bawah yang menolaknya berbeda dengan masyarakat masa lalu yang ingin sekali atau mendambakan untuk bisa mendapatkan ilmu atau bisa bersekolah. 
Pendidikan di Indonesia masa kini juga di cemari dengan tindakan-tindakan yang kurang pantas dari para tenaga pengajar maupun para instansi-instansi yang terkait, dari mulai pencabulan hingga korupsi dana yang akan di tujukan untuk para pelajar Indonesia. Mereka melakukan hal tersebut dengan berdasarkan ketidak aktifan pengawasan yang harus diperketat agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak akan terjadi kembali. Hal tersebut juga imbas dari pendidikan masa lalu yang kurang memperhatikan akhlak sehingga mereka hanya mendapat ilmu untuk kegiatan sehari-hari tanpa memperhatikan dengan nilai-nilai norma dan agama. Maka dari itu pendidikan masa kini atau kurikulum 2013 di rancang dengan mementingkan akhlak dari pada nilai kognitif dari para siswanya, nilai kognitif dikurikulum 2013 juga tidak di pandang dengan sebelah mata sehingga membentuk para pelajar yang cerdas dan berakhlak mulia.
Betapapun terdapat banyak kritik yang dilancarkan oleh berbagai kalangan terhadap pendidikan, atau tepatnya terhadap praktek pendidikan, namun hampir semua pihak sepakat bahwa nasib suatu komunitas atau suatu bangsa di masa depan sangat bergantung pada kontribusinya pendidikan. Shane (1984: 39), misalnya sangat yakin bahwa pendidikanlah yang dapat memberikan kontribusi pada kebudayaan di hari esok. Pendapat yang sama juga bisa kita baca dalam penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional (UU No. 20/2003), yang antara lain menyatakan: “Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat”.
Dengan demikian, sebagai institusi, pendidikan pada prinsipnya memikul amanah “etika masa depan”. Etika masa depan timbul dan dibentuk oleh kesadaran bahwa setiap anak manusia akan menjalani sisa hidupnya di masa depan bersama-sama dengan makhluk hidup lainnya yang ada di bumi. Hal ini berarti bahwa, di satu pihak, etika masa depan menuntut manusia untuk tidak mengelakkan tanggung jawab atas konsekuensi dari setiap perbautan yang dilakukannya sekarang ini. Sementara itu pihak lain, manusia dituntut untuk mampu mengantisipasi, merumuskan nilai-nilai, dan menetapkan prioritas-prioritas dalam suasana yang tidak pasti agar generasi-generasi mendatang tidak menjadi mangsa dari proses yang semakin tidak terkendali di zaman mereka dikemudian hari (Joesoef, 2001: 198-199).
Dalam konteks etika masa depan tersebut, karenanya visi pendidikan seharusnya lahir dari kesadaran bahwa kita sebaiknya jangan menanti apapun dari masa depan, karena sesungguhnya masa depan itulah mengaharap-harapkan dari kita, kita sendirilah yang seharusnya menyiapkannya (Joesoef, 2001: 198). Visi ini tentu saja mensyaratkan bahwa, sebagai institusi, pendidikan harus solid. Idealnya, pendidikan yang solid adalah pendidikan yang steril dari berbagai permasalahan. Namun hal ini adalah suatu kemustahilan. Suka atau tidak suka, permasalahan akan selalu ada dimanapun dan kapanpun, termasuk dalam institusi pendidikan.
Oleh karena itu, persoalannya bukanlah usaha menghindari permasalahah, tetapi justru perlunya menghadapi permasalahan itu secara cerdas dengan mengidentifikasi dan memahami substansinya untuk kemudian dicari solusinya.
Pendidikan yang mengalami berbagai perkembangan serta pembaruan yang dilakukan dengan tujuan utamanya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Yah, tentu saja hal tersebut tidak lagi slogan yang harus terpampang akan tetapi sudah seharusnya tertanam dari dalam diri semua warga negara yang baik. Segala bentuk pendidikan yang menjadikan semua warga negara yang etrtib taat terhadap aturan budi pekerti luhur semakin digalakkan dan dikembangkan dengan berbagai perspektif. Misalnya saja pada pendidikan kewarganegaraan yang pada saat ini mengalami baruran teknologi yang sangat modern.
Tak hanya itu, bauran teknologi yang dilakukan dalam dunia pendidikan tidak hanya berdampak bagi perkembangan nilai pendidikan saja, akan tetapi sikap dan nilai antusiasme dalam belajar juga lebih meningkat dari penerapan sebelumnya. Sungguh sangat bermanfaat peran teknologi yang ada terhadap dunia pendidikan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ada pada bangsa ini. Warna-warni teknologi yang bermunculan sangat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ada.
Akan tetapi banyaknya teknologi yang ada kerap kali mengalami penyalahgunaan teknologi terhadap penggunaan. Misalnya saja, teknologi internet yang dimanfaatkan oleh anak didik yang berusia dini untuk menonton film biru atau film yang berbau pornografi.
Dari sini juga ditanyakan apa bauran teknologi yang ada pada pendidikan masa kini telah mengalami kesalahan strategi ? tentu saja tidak sepenuhnya, mengingat bahwa semua anak didik yang ada diseluruh Nusantara merupakan tanggung jawab bersama bukan hanya dari pihak penyelenggara kebijakan pendidikan saja
Teknologi yang merupakan serangakaian media yang berisikan ilmu pengetahuan yang membantu peradapan manusia modern tentu saja harus digunakan sebaik mungkin agar manfaat yang ada pada teknologi mampu tersalur dengan optimal.
Sehingga dari sini juga dapat dikatakan bahwa pada pendidikan masa kini selain memperhatikan teknologi sebagai media pembelajaran, pada saat memberikan pendidikan motivasi dan prestasi belajar siswa harus lebih diperhatikan prosesnya, agar tidak terjadi penyalahgunaan dari berbagai bidang.

Isi
1.      Permasalahan Eksternal Pendidikan Masa Kini
Permasalahan eksternal pendidikan di Indonesia dewasa ini sesungguhnya sangat komplek. Hal ini dikarenakan oleh kenyataan kompleksnya dimensi-dimensei eksternal pendidikan itu sendiri. Dimensi-dimensi eksternal pendidikan meliputi dimensi sosial, politik, ekonomi, budaya, dan bahkan juga dimensi global.
Dari berbagai permasalahan pada dimensi eksternal pendidikan di Indonesia dewasa ini, makalah ini hanya akan menyoroti dua permasalahan, yaitu permasalahan globalisasi dan permasalahan perubahan sosial.
Permasalahan globalisasi menjadi penting untuk disoroti, karena ia merupakan trend abad ke-21 yang sangat kuat pengaruhnya pada segenap sector kehidupan, termasuk pada sektor pendidikan. Sedangakan permasalah perubahan social adalah masalah “klasik” bagi pendidikan, dalam arti ia selalu hadir sebagai permasalahan eksternal pendidikan, dan karenya perlu dicermati. Kedua permasalahan tersebut merupakan tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan, jika pendidikan ingin berhasil mengemban misi (amanah) dan fungsinya berdasarkan paradigma etika masa depan.
2.      Permasalahan perubahan sosial
Ada sebuah adegium yang menyatakan bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi, semuanya berubah; satu-satunya yang abadi adalah perubahan itu sendiri. Itu artinya, perubahan sosial merupakan peristiwa yang tidak bisa dielakkan, meskipun ada perubahan sosial yang berjalan lambat dan ada pula yang berjalan cepat.
Bahkan salah satu fungsi pendidikan, sebagaimana dikemukakan di atas, adalah melakukan inovasi-inovasi sosial, yang maksudnya tidak lain adalah mendorong perubahan sosial. Fungsi pendidikan sebagai agen perubahan sosial tersebut, dewasa ini ternyata justru melahirkan paradoks.
Kenyataan menunjukkan bahwa, sebagai konsekuansi dari perkembangan ilmu perkembangan dan teknologi yang demikian pesat dewasa ini, perubahan sosial berjalan jauh lebih cepat dibandingkan upaya pembaruan dan laju perubahan pendidikan. Sebagai akibatnya, fungsi pendidikan sebagai konservasi budaya menjadi lebih menonjol, tetapi tidak mampu mengantisipasi perubahan sosial secara akurat (Karim, 1991: 28). Dalam kaitan dengan paradoks dalam hubungan timbal balik antar pendidikan dan perubahan sosial seperti dikemukakan di atas, patut kiranya dicatat peringatan Sudjatmoko (1991:30) yang menyatakan bahwa Negara-negara yang tidak mampu mengikuti revolusi industri mutakhir akan ketinggalan dan berangsur-angsur kehilangan kemampuan untuk mempertahankan kedudukannya sebagai Negara merdeka. Dengan kata lain, ketidakmampuan mengelola dan mengikuti dinamika perubahan sosial sama artinya dengan menyiapkan keterbelakangan. Permasalahan perubahan sosial, dengan demikian harus menjadi agenda penting dalam pemikiran dan praksis pendidikan nasional.
3.      Permasalahan Internal Pendidikan Masa Kini
Seperti halnya permasalahan eksternal, permasalahan internal pendidikan di Indonesia masa kini adalah sangat kompleks. Daoed Joefoef (2001: 210-225) misalnya, mencatat permasalahan internal pendidikan meliputi permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan strategi pembelajaran, peran guru, dan kurikulum. Selain ketiga permasalahan tersebut sebenarnya masih ada jumlah permasalahan lain, seperti permasalahan yang berhubungan dengan sistem kelembagaan, sarana dan prasarana, manajemen, anggaran operasional, dan peserta didik. Dari berbagai permasalahan internal pendidikan dimaksud, makalah ini hanya akan membahas tiga permasalahan internal yang di pandang cukup menonjol, yaitu permasalahan sistem kelembagaan, profesionalisme guru, dan strategi pembelajaran.
4.      Permasalahan sistem kelembagaan pendidikan
Permasalahan sistem kelembagaan pendidikan yang dimaksud dengan uraian ini ialah mengenai adanya dualisme atau bahkan dikotomi antar pendidikan umum dan pendidikan agama. Dualisme atau dikotomi antara pendidikan umum dan pendidikan agama ini agaknya merupakan warisan dari pemikiran Islam klasik yang memilah antara ilmu umum dan ilmu agama atau ilmu ghairuh syariah dan ilmu syariah, seperti yang terlihat dalam konsepsi al-Ghazali (Otman, 1981: 182).
Dualisme dikotomi sistem kelembagaan pendidikan yang berlaku di negeri ini kita anggap sebagai permasalahan serius, bukan saja karena hal itu belum bisa ditemukan solusinya hingga sekarang, melainkan juga karena ia, menurut Ahmad Syafii Maarif (1987:3) hanya mampu melahirkan sosok manusia yang “pincang”. Jenis pendidikan yang pertama melahirkan sosok manusia yang berpandangan sekuler, yang melihat agama hanya sebagai urusan pribadi.
Sedangkan sistem pendidikan yang kedua melahirkan sosok manusia yang taat, tetapi miskim wawasan. Dengan kata lain, adanya dualisme dikotomi sistem kelembagaan pendidikan tersebut merupakan kendala untuk dapat melahirkan sosok manusia Indonesia “seutuhnya”. Oleh karena itu, Ahmad Syafii Maarif (1996: 10-12) menyarankan perlunya modal pendidikan yang integrative, suatu gagasan yang berada di luar ruang lingkup pembahasan makalah ini.
5.      Permasalahan Profesionalisme Guru
Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru merupakan variable penting bagi keberhasilan pendidikan.
Menurut Suyanto (2006: 1), “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan lancar baca tulis alfabetikal maupun fungsional yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya”. Tetapi segera ditambahkan: “guru yang demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa “digugu lan ditiru”.
Lebih jauh Suyanto (2006: 28) menjelaskan bahwa guru yang profesional harus memiliki kualifikasi dan ciri-ciri tertentu. Kualifikasi dan ciri-ciri dimaksud adalah: (a) harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat, (b) harus berdasarkan atas kompetensi individual, (c) memiliki sistem seleksi dan sertifikasi, (d) ada kerja sama dan kompetisi yang sehat antar sejawat, (e) adanya kesadaran profesional yang tinggi, (f) meliki prinsip-prinsip etik (kide etik), (g) memiliki sistem seleksi profesi, (h) adanya militansi individual, dan (i) memiliki organisasi profesi.
Dari ciri-ciri atau karakteristik profesionalisme yang dikemukakan di atas jelaslah bahwa guru tidak bisa datang dari mana saja tanpa melalui sistem pendidikan profesi dan seleksi yang baik. Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter. Namun kenyataan dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih terlebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui system seleksi profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal. Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan nasional masa kini.
6.      Permasalahan Strategi Pembelajaran
Menurut Suyanto (2006: 15-16) era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para peserta didik. Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto menggambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru, menggunakan media tunggal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid berupa pemberian informasi dan pengajaran berbasis factual atau pengetahuan.
Paulo Freire (2002: 51-52) menyebut strategi pembelajaran tradisional ini sebagai strategi pelajaran dalam “gaya bank” (banking concept). Di pihak lain strategi pembelajaran baru digambarkan oleh Suyanto sebagai berikut: berpusat pada murid, menggunakan banyak media, berlangsung dalam bentuk kerja sama atau secara kolaboratif, interaksi guru-murid berupa pertukaran informasi dan menekankan pada pemikiran kritis serta pembuatan keputusan yang didukung dengan informasi yang kaya. Model pembelajaran baru ini disebut oleh Paulo Freire (2000: 61) sebagai strategi pembelajaran “hadap masalah” (problem posing).
Meskipun dalam aspirasinya, sebagaimana dikemukakan di atas, dewasa ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari model tradisional ke arah model baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru (Idrus, 1997: 79). Hal ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya professionalisme guru.
7.      Trend Pendidikan Masa Kini
Perkembangan teknologi internet dan komputer mengalami kemajuan yang sangat pesat. Sehingga usaha konvensional perlahan – lahan mulai mengalami pergeseran, karena dianggap kurang efektif dibandingkan bisnis modern yang memanfaatkan teknologi internet dan computer. Sebagai contoh, bisnis yang berbasis IT tidak terbatas oleh ruang dan waktu sehingga tidak memerlukan tempat untuk memajang dan memasok barang, serta tidak dibatasi oleh tempat dan jarak sehingga proses bisnis bisa terjadi di antara dua daerah yang berbeda bahkan Negara berbeda dengan waktu proses yang lebih cepat dari pada bisnis konvensional.

Melihat berbagai macam kekuatan dari bisnis modern berbasis teknologi dan komputer, tidak heran jika bisnis modern ini akan menjadi trend di masa depan dalam kurun waktu yang sangat singkat mengingat perkembangan teknologi ini sendiri sangatlah pesat. Dan hal ini akan menyentuh berbagai aspek kehidupan bahkan termasuk pendidikan.
e-Learning atau electronic learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang.
Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e-learning, namun pada prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat bantunya.
e-Learning memang merupakan suatu teknologi pembelajaran yang yang relatif baru di Indonesia. Untuk menyederhanakan istilah, maka electronic learning disingkat menjadi e-learning. Kata ini terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘electronica’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’.
Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio, video atauperangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya.
Kini, proses belajar dan mengajar, masih banyak didominasi oleh peran guru dan buku (The Era of Teacher and Book).
Masa mendatang proses belajar dan mengajar akan didominasi oleh peran guru, buku dan teknologi (The Era of Teacher, Book & Technology).
Dalam era global seperti sekarang ini, setuju atau tidak, mau atau tidak mau, kita harus berhubungan dengan teknologi khususnya teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena teknologi tersebut telah mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, kita sebaiknya tidak ‘gagap’ teknologi.
Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa siapa yang terlambat menguasai informasi, maka terlambat pulalah memperoleh kesempatan-kesempatan untuk maju. Majalah Forbes pernah memuat pendapat Peter Drucker mengenai Webucation sebagai Peluang Besar untuk Masa Depan.
Anda yang telah mengetahui pentingnya dan manfaat dari perkembangan Teknologi, Internet dan Pendidikan alangkah baiknya segera menekuni bidang Webucation sebagai Peluang Bisnis Era Baru.
Saya bersedia membagikan pengetahuan dan peluang waralaba sebagai WebEducationPreneurs (Wirausahawan dibidang Edukasi Online) kepada Anda yang berminat dan menghubungi saya.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda sekaligus sebagai informasi peluang usaha baru untuk Anda yang memiliki semangat wirausahawan serta keinginan untuk mencerdaskan kehidupan anak-anak Indonesia.

8.      Mutu Dan Kualitas Pendidikan Di Indonesia Di Masa Kini
Pendidikan memiliki peranan yang penting di dalam kehidupan manusia. Manusia tidak akan bisa beradaptasi dengan baik pada perubahan. Pendidikan juga memiliki tugas didalam menyiapkan pembangunan yang lebih baik. Pembangunan terus berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan zaman yang terus memunculkan persoalan yang baru membuat pendidikan menjadi hal yang perlu dan penting diperlukan. Karena hal itulah maka kualitas pendidikan semakin maju. Begitu juga dengan pendidikan di Indonesia. Meskipun belum bisa disejajarkan dengan negara di Asia lainnya, namun pendidikan yang ada di Indonesia mengalami perubahan yang lebih baik dari sebelumnya.

Tidak sedikit pula anak Indonesia berhasil meraih juara di tingkat internasional di dalam bidang pendidikan. Pemerintah mencanangkan program wajib belajar 12 tahun di mana sebelumnya mewajibkan belajar 9 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia peduli terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Namun dengan kebijakan seperti itu pada kenyataannya masih banyak warga Indonesia yang tamat SMP. Padahal saat ini untuk bekerja saja dibutuhkan minimal tamatan SMA. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah melakukan program dana BOS untuk tingkat SD dan SMP dan juga pemerintah memberikan beasiswa bagi yang tidak mampu dan juga yang berprestasi.

Sehingga bagi yang tidak mampu tetap memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik dengan beasiswa dari pemerintah. Dengan begitu pendidikan yang ada di Indonesia menjadi merata dan bisa dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Tetapi masih juga banyak ditemui sekolah-sekolah di daerah pelosok kurang perhatian dari pemerintah. Bangunan sekolah yang tidak layak serta buku pelajarang yang kurang perlu lebih diperhatikan oleh pemerintah. Itulah salah satu faktor penghambat meningkatnya pendidikan di Indonesia, yaitu kurangnya perhatian pemerintah untuk daerah pelosok.

Description: Pendidikan di Indonesia dari waktu ke waktu semakin meningkat. Namun masih ada beberapa daerah yang kurang perhatian pemerintah yang menghambat meningkatnya pendidikan di Indonesia.

9.      Motivasi Belajar Siswa
Walaupun berbagai macam istilah yang digunakan oleh para ahli dalam menyatakan hakekat motivasi tersebut, namun secara umum motivasi didefinisikan sebagai kondisi internal yang memunculkan, mengarahkan,dan menjaga sebuah perilaku. Dalam definisi demikian, maka pada dasarnya motivasi merupakan proses  yang terjadi didalam diri individu yang mengarahkan aktivitas individu mencapai tujuan yang perlu didorong dan dijaga.
Sebagai sebuah proses, motivasi bukanlah sebuah produk, sehingga tidak mudahdiamati secara langsung, tetapi dapat diketahui indikatornya dari perilaku yang tampak, seperti pemilihan tugas-tugas, usaha, keteguhan dan ucapan-ucapan secara verbal. “Saya yakin dapat menyelesaikan tugas-tugas ini ” misalnya. Dalam motivasi mengandung tujuan-tujuan(goals) yang memberikan energi penggerak  untuk mengarahkan tindakan seseorang. Bagi aliran kognitif, tujuan-tujuan merupakan elemen yang penting dalam memunculkan motivasi.
10.  Prestasi Belajar Siswa
Saifuddin Azwar (2009: 9) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bentuk penampilan maksimal seseorang dalam menguasai bahan atau materi yang telah diajarkan. Ini berarti berupa sebuah kemampuan yang dapat diraihdan dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas. Kemampuan ini ditunjukkan dengan penguasaan terhadap suatu materi pembelajaran yang dibuktikan melalui suatu keberhasilan dalam menyelesaikan pelatihan.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah suatu usaha maksimal yang dilakukan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran di kelas yang diakhiri dengan tes, berupa kemampuan menguasai dan memahami materi pembelajaran siswa, diwujudkan dalam bentuk angka atau huruf atau kalimat yang menginformasikan sejauh mana penguasaan dan pemahaman materi pembelajaran.
11.  Tranformasi Pendidikan Masa Kini
DINAS Pendidikan Aceh menjadi sorotan utama dari berbagai pihak dan media setelah ditemukan adanya proyek pengadaan videotron (bilboard digital). Berbagai pihak pun mengecamnya, baik dari elemen masyarakat maupun para praktisi pendidikan. Mengutip pernyataan Prof Dr Samsul Rizal MEng, Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang dirilis Serambi Indonesia (Senin, 18 Juli 2016) mengatakan, bahwa mutu guru jauh lebih penting dari program videotron. Mutu guru jadi fondasi awal yang harus kita bangun ketimbang infrastruktur seperti videotron.
Peningkatan mutu pendidikan tidak dapat dilakukan hanya dengan menayangkan siaran kepada khalayak ramai dalam bentuk video yang ditampilkan di pusat kota. Upaya peningkatan pendidikan haruslah dilakukan dengan cara yang nyata dan membekas. Hal ini dapat diwujudkan, misalnya, dengan pengalokasian dana yang memadai untuk pendampingan guru mata pelajaran secara kontinu. Cara ini dianggap lebih efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan Aceh, terutama mendongkrak pemerolehan nilai uji kompetensi guru (UKG) yang sebelumnya diselenggarakan pada 2015, dan Provinsi Aceh berada pada peringkat ke-32 dari 34 provinsi di Indonesia.
Usulan alternatif
Berangkat dari persoalan di atas, ada beberapa usulan yang kiranya dapat menjadi alternatif untuk menggantikan videotron: Pertama, perancangan situs simulasi UKG. Dinas Pendidikan Aceh dapat bekerja sama dengan perguruan tinggi negeri yang menyelenggarakan program studi informatika untuk merancang situs simulasi UKG. Para ahli IT tersebut akan memberikan pendampingan kepada guru-guru mata pelajaran yang di-UKG-kan berkaitan dengan kiat mengoperasikan situs tersebut, karena berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bahrun, dkk (2015) sebagian besar guru merasa kesulitan dalam menjawab soal terkendala persoalan teknis.
Selain itu, soal yang terdapat dalam situs tersebut dibuat oleh tim ahli (guru/dosen) yang divalidasi oleh praktisi dan pakar pendidikan. Selanjutnya, selain dikerjakan secara online guru-guru tiap mata pelajaran yang di-UKG-kan diberi pelatihan secara tatap muka untuk membahas soal dan kiat menghemat waktu.
Kedua, meningkatkan minat baca dengan program literasi. Jumlah dana yang dialokasikan untuk videotron sebayak 8,5 M jika dialokasikan untuk pembelian buku seharga 40 ribu dapat disebarkan ke 23 provinsi sebanyak 6.439 buku. Pengadaan buku ini diperunttukan untuk perpustakaan kelas yang mana setiap pagi menjelang pelajaran pertama, siswa-siswa diwajibkan membaca buku yang terdapat pada perpustakaan sekolah. Hal ini diyakini dapat meningkatkan minat baca siswa karena khususnya di Aceh, tidak ada patokan standar kelulusan siswa di SMA minimal harus membaca keseluruhan buku, katakanlah minimal 5 buku.
Ketiga, peningkatan publikasi ilmiah para guru. Guru-guru yang ingin menaikkan pangkat/golongan dari golongan IV/a ke golongan IV/b, salah satunya diharuskan membuat penelitian tindakan kelas yang dipublikasikan ke jurnal ilmiah. Selama ini, guru-guru merasa kesulitan untuk mempublikasikan hasil penelitian ke jurnal ilmiah karena tidak ada jurnal resmi yang dikelola oleh Dinas Pendidikan, baik Dinas Pendidikan kabupaten/kota maupun Dinas Pendidikan provinsi. Hal ini sungguh disayangkan, guru-guru di Aceh terpaksa mengirimkan publikasi ilmiahnya ke jurnal di luar Aceh, serta tidak tertutup kemungkinan dimuat pada jurnal bodong.
Keempat, penerbitan lembar kerja siswa (LKS) tiap mata pelajaran. Guru-guru mata pelajaran menggunakan LKS yang diproduksi oleh penerbit di luar provinsi Aceh yang nyatanya tidak memuat kearifan lokal masyarakat setempat. Dinas pendidikan provinsi Aceh sudah saatnya merancang LKS yang diterbitkan secara kontiniu oleh dinas pendidikan itu sendiri serta didistribusikan ke setiap sekolah di provinsi Aceh. Apabila hal ini dapat diwujudkan dipastikan akan menciptakan lowongan kerja baru terutama bagi loper buku. Di samping itu, upaya pembuatan LKS ini juga dapat diwujudkan dengan bekerja sama dengan perguruan tinggi di mana para guru besar ataupun dosen-dosen yang berkompeten dapat memvalidasi setiap soal dan Dinas Pendidikan diwajibkan mengusulkan menjadi penerbit mandiri ke Perspustakaan Nasional Republik Indonesia.
Keempat usulan tersebut sudah saatnya diwujudkan sebagai alternatif pengganti videotron. Pelaku pendidikan, baik tenaga pendidikan maupun tenaga pendidik sudah jenuh dengan upaya pencitraan yang dilakukan oleh pejabat. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ketua DPRA Muharuddin bahwa “videotron itu menjadi media pencitraan dan kampanye terselubung kepala daerah yang mencalonkan diri kembali.”
Banyak persoalan
Ada banyak persoalan mengenai pendidikan di Aceh, terutama mengenai mutu pendidikan itu sendiri. Upaya peningkatan mutu pendidikan, sebagaimana yang telah dikatakan tadi haruslah dilakukan dengan cara yang nyata serta kontinu. Ada baiknya ego golongan haruslah dikesampingkan dan sama-sama bahu-membahu membantu meningkatkan mutu pendidikan. Transformasi pendidikan saat ini jauh berbeda dibandingkan dengan pendidikan masa lalu. Kenyataan yang harus dihadapi oleh guru untuk mentransfer ilmu pengetahuan jauh lebih mudah dibandingkan pada masa lalu. Akan tetapi, pembentukan karakter bagi siswa juga dianggap lebih penting karena saat ini westernisasi budaya asing perlahan telah masuk dalam budaya inti masyarakat setempat.
Selain itu, kita patut memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada setiap pihak yang ikut memberikan pendapatnya terhadap pengadaan videotron tersebut. Oleh karena itu, Dinas Pendidikan Aceh jangan berkecil hati. Ini membuktikan bahwa kinerja Dinas Pendidikan didukung sepenuhnya oleh setiap kalangan. Hal ini salah satu syarat terwujudnya harmonisasi pendidikan, sebagaimana tertuang dalam Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 57 ayat (2) yang mengamatkan masyarakat dapat berpartisipasi membantu penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan. Semoga perhatian kita semua terhadap mutu pendidikan dapat membantu Dinas Pendidikan merancang program yang tepat.

12.  Pengaruh Teknologi pada Pendidikan Masa Kini
Pengaruh teknologi pada pendidiakan masa kini memang sangat terlihat dewasa ini karena sistem pembelajaran di indonesia sendiri sudah banyak yang mengaplikasikan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar. sekarang hampir semua orang mengenal internet menurut survei indonesia ada diperingkat ketiga didunia sebagai pengakses terbanyak didunia. meskipun sudah banyak yang mengenal internet tapi tak sedikit juga yang buta internet. ini bisa terjadi karena masih banyak orang yang belum mengerti pentingnya teknologi dan biasanya dipengaruhi oleh rasa ingin tahu yamg kurang. oleh karena itu disini saya menulis betapa berpengaruhnya teknologi bagi masyarakat khususnya di bidang pendidiakan.
Teknologi dan pendidikan sendiri memang tidak bisa dipisahkan begitu saja apalagi di era modern dan globalisasi seperti sekarang dimana informasi dapat dicari dalam waktu singkat dari  banyak sumber. teknologi bukan hanya memiliki pengaruh positif saja pada dunia pendidikan melainkan juga mempunyai pengaruh negatifnya. walaupun begitu tapi masih banyak yang dapat kita lakukan untuk meminimalisir pengaruh negatif tersebut terhadap para murid.
Pengaruh positif tekonologi pada pendidikan diantaranya sebagai berikut:
·         peningkatan pembelajaran - memasuki zaman modern saat ini kita telah mengenal kamera, proyektor, aplikasi persentasi seperti powerpoint, adanya kemajuan teknologi ini sangat membantu para guru untuk membuat kelas lebih menarik dan interaktif sehinnga akan menghasilkan murid yang lebih baik.
·         tidak ada jarak - untuk saat ini kita mengenal gadget,pc,handphone,laptop semua perangkat teknologi tersebut dapat membantu para murid untuk mencari info kapan saja dan dimana saja. 
·         Internet sebagai media komunikasi yang tidak mempermasalahkan jarak dan waktu
·         Media pertukaran data, dengan menggunakan email, newsgroup, ftp dan www.
(world wide web - jaringan situs-situs web) para pengguna internet di seluruh
dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan bisa mengetahui perkembangan di seluruh dunia secara tepat waktu.
·         Media untuk mencari informasi atau data, perkembangan internet yang pesat,
menjadikan sebuah halaman website berisikan informasi penting yang bisa dibagikan.
·         Bisa digunakan sebagai lahan informasi untuk bidang pendidikan, kebudayaan,
bahkan badan pemerintahan pun tidak bisa lepas dari pengaruh atau perkembangan teknologi ini.
·         Kemudahan bertransaksi dan berbisnis dalam bidang perdagangan sehingga tidak
perlu pergi menuju ke tempat penawaran/penjualan.

Tidak hanya dampak positif  teknologi juga mempunyai dampak negatifnya:
·         malas - yap.. dengan adanya teknologi pada era globalisasi ini membuat para murid merasa gampangan untuk mengerjakan tugas tugas mereka dengan meng copy-paste karya tulis orang lain.
·         keterampilan menulis meurun - ini adalah hal yang tidak dapat dipungkiri lagi karena adanya teknologi banyak murid yang sering mengerjakan tugasnya dengan mengetik sementara untuk menulis mereka hanya gunakan ketika ujian esay saja.
·         Pornografi, berbahaya untuk anak-anak dibawah umur.
·         perbedaan budaya yang tidak di saring menimbulkan dampak yang buruk.
·         Penipuan, banyak situs yang melakukan penipuan yang tidak disadari oleh user.
·         Carding, cara belanja dengan
menggunakan Kartu kredit adalah cara yang paling banyak digunakan dalam
dunia internet. Para penjahat internet pun paling banyak melakukan kejahatan
dalam bidang ini tanpa sepengetahuan sang pemilik kartu.
·         Perjudian, dampak lainnya adalah meluasnya perjudian. Dengan jaringan yang tersedia, para penjudi tidak perlu pergi ke tempat khusus untuk memenuhi keinginannya untuk mendapatkan uang dengan cara itu, bahkan kini perjudian online sedang marak di Indonesia.
begitulah pengaruh pengaruh teknologi pada pendidikan masa kini saya sebagai penulis hanya ingin mengatakan janganlah melarang anak untuk tau lebih jauh dengan teknologi tetapi jangan lupa juga untuk mengawasi untuk menjauhi anak dari pengaruh negatif teknologi. Banyak efek-efek yang ditimbulkan akibat perkembangan teknologi yang cepat dewasa ini. Dan yang paling rawan dan paling mudah terkena pengaruh dari arus teknologi ini adalah pada dunia pendidikan. Dunia pendidikan adalah tempat dimana efek atau dampak dari perkembangan teknologi ini sangat mudah merasuk ke dalamnya.

Kesimpulan dan Saran (Penutup)
a.      Kesimpulan
Permasalahan pendidikan di Indonesia masa kini sesungguhnya sangat kompleks. Makalah ini dengan segala keterbatasannya, hanya sempat menyoroti beberapa diantaranya yang dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu permasalahan eksternal dan internal. Dalam permasalahan eksternal di bahas masalah globalisasi dan masalah perubahan social sebagai lingkungan pendidikan.

Sedangkan menyangkut permasalahan internal disoroti masalah system kelemahan (dialisme dikotomi), profesionalisme guru, dan strategi pembelajaran. Dari pemahaman terhadap sejumlah permasalahan dimaksud di atas dapat disimpulkan bahwa berbagai permasalahan pendidikan yang komplek itu, baik eksternal maupun internal adalah saling terkait.

Hal ini tentu saja menyarankan bahwa pemecahan terhadap permasalahan-permasalahan pendidikan tidak bisa dilakukan secara parsial; yang merupakan pendekatan terpadu. Bagaimanapun, permasalahan-permasalahan di atas yang belum merupakan daftar lengkap, harus kita hadapi dengan penuh tanggung jawab. Sebab, jika kita gagal menemukan solusinya maka kita tidak bisa berharap pendidikan nasional akan mampu bersaing secara terhormat di era globalisasi dewasa ini.

Sebagai insan yang berpendidikan, kita tentu masih terus berharap akan datangnya perubahan fundamental terhadap sistem pendidikan kita. rasa optimis menatap masa depan wajib terbersit di lubuk hati kita semua, meskipun banyak sekali problem yang belum terentaskan. Rasa optimis menjadi “kata kunci” (key word) bagi semua idealisme perubahan itu. Seperti Paulo freire yang telah berhasil memerdekakan rakyat Brazil dari buta huruf, keterbelakangan, dan kemiskinan. Kita tidak bisa membayangkan, betapa besar rasa optimis seorang Freire sewaktu berjuang dengan sekuat tenaga dan pikirannya untuk membebaskan rakyat Brazil dari buta huruf, keterbelakangan, dan kemiskinan itu.

Meskipun banyak problem yang dihadapi oleh pendidikan nasional, namun itu semua tidak boleh menyurutkan semangat kita. Bagaimanapun juga, pendidikan nasional merupakan investasi bagi masa depan bangsa. Sebab, melalui pendidikan nasional, masa depan bangsa sedang dirancang sebaik mungkin dengan cara mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang tidak kalah kualitasnya dengan negara-negara lain. Kita perlu mengingat kembali kata Cicero, “Pekerjaan apakah yang lebih mulia, atau yang lebih bernilai bagi negara, daripada mengajar generasi yang sedang tumbuh?”.

Dengan demikian, sebagai seorang yang berada di dunia pendidikan kita tidak perlulah merasa putus asa. Ini seperti yang dikatakan oleh Suyanto (2006: ), Sitem pendidikan nasional sedang beranjak menuju perubahan. Akan tetapi, perubahan itu jelas tidak bisa dalam sekali waktu yang langsung memperlihatkan hasil secara maksimal. Sebab, mengelola sistem pendidikan nasional ibarat menanam modal (investasi) untuk jangka panjang. Tetapi wujud keberhasilannya tidak seketika. Jika investasi dalam bentuk bisnis jelas akan menghasilkan untung-rugi secara riil, karena dapat diukur dengan besarnya nominal rupiah. Namun investasi pendidikan adalah berbentuk kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang riil bagi generasi bangsa. Karena tujuan nasional pendidikan kita adalah untuk membangun mentalitas yang berkarakter.
b.      Saran
Pengembangan pendidikan dalam masyarakat yang sedang berubah dengan cepat haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan sistematik-sistematik. Pembanguna manusia Indonesia seutuhnya merupakan kunci keberhasilan bangsa dan negara Indonesia dalam abad 21 yang akan datang untuk itu diperlukan:
1. Tuntutan bagi manusia masa depan.
2. Para pendidik sebaiknya menyiapkan manajemen dimasa depan agar dapat bersaing dengan tantangan pendidikan masa depan.
3. Pelaksanaan manajemen sebaiknya praktis dan efisien.
4. Pelaksanaan manajemen yang sia-sia sebaiknya ditinggalkan saja.
5. Upaya mengantisipasi masa depan, utamanya yang berhubungan dengan perubahan nilai dan sikap sebagai manusia modern, pengembangan kehidupan dan kebudayaan, serta pengembangan sarana pendidikan.

Demikianlah blog pendidikan masa kini yang saya tulis, mungkin banyak kekurangannya. Saya sebagai penulis mohon maaf atas kesalahan dan kekhilafan yang tertulis dalam blog ini, dan kami sangat berharap atas kritik dan saran dari para pembaca sekalian.
Terima Kasih

Lampiran Video + Gambar


Gambar :



Download disini :